KABAR-HARIAN.COM – Cerita Buyut Kosambih atau Buju’ Batuampar menjadi sebuah kisah yang sangat familiar bagi Masyarakat Madura,Maupun Luar Madura.
Buju’ Batuampar diyakini oleh Masyarakat sebagai salah satu wali Allah yang memiliki banyak karomah yang luar biasa.
Tempat Pesarean Buju’ Batuampar berada di Desa Batuampar,Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura.
Meski Buju’ Batuampar sudah Wafat,Sampai saat ini banyak masyarakat berdatangan untuk bertakziah ke Pesaraeannya hanya sekedar ngalab Barokah.
Kisah Buju’Batu Ampar…..
Asal usul Buju’ Batuampar Pamekasan berawal dari sebuah kisah Seorang Ulama di Bangkalan,Madura,yang bernama Sayyid Husein.
Konon pengikut dan santri Sayyid Husein sangat banyak karena kealiman dan Karomah yang dimiliki Sayyid Husein.
Namun meski begitu Sayyid Husein tidak terlepas dari fitnah orang yang membecinya.
Suatu ketika seseorang yang iri dan benci kepada Sayyid Husein tersebut, merekayasa berita bahwa Sayyid Husein dan pengikutnya telah merencanakan pemberontakan dan ingin menggulingkan kedudukan Raja Bangkalan.
Mendapatkan Kabar tersebut,Membuat Raja Bangkalan gelisah dan merasa Kwatir,sehingga Raja Bangkalan memerintahkan panglima perangnya untuk menyerang Sayyid Husein.
Lalu panglima kerajaan itu berangkat bersama sejumlah Prajurit kerjaan yang lainnya, sesampainya di tempat tinggal Sayyid Husein.
Panglima perang kerajaan Bangkalan tampa berfikir dan tampa bukti yang kuat langsung membunuh Sayyid Husein yang lagi istirahat.
Konon jasad Sayyid Husein di kubur di perkampungan tersebut.
Setelah membunuh Sayyid Husein dengan kejam, Panglima dan jumlah pasukan kembali ke kerajaan dan melaporkan kepada Raja Bangkalan bahwa Sayyid Husein telah dibunuh.
Berselang beberapa hari dari wafatnya Sayyid Husein,Raja Bangkalan mendapatkan informasi bahwa rencana pemberontakan yang akan dilakukan Sayyid Husein itu tidak benar.
Melainkan fitnah yang dilakukan oleh seseorang yang iri dan benci kepada Sayyid Husein.
Mendengari Informasi itu,membuat Raja Bangkalan menyesali atas perbuatannya kepada Sayyid Husein,Rasa bersalahpun mengetahui sang raja.
Atas penyeselan itu Raja Bangkalan berinisiatif untuk memberi gelar kepada Sayyid Husein dengan sebutan Buju’ Banyusangkah.
Selanjutnya ……..
Wafatnya Sayyid Husein meninggalkan Dua Orang Putra,yang pertama bernama Abdul Mannan dan yang kedua bernama Abdul Rohim.
Setelah peristiwa tragis yang menimpa Sayyid Husein,
Abdul Rohim putra kedua Sayyid husein pergi ke Desa Bire yang Masih Kawasan Wilayah Bangkalan.
Dan Abdul Rohim menetap di Desa Bire sampai akhir hayatnya dan di beri gelar gelar Bujuk Bire.
Sementara Abdul Mannan pergi mengasingkan diri,menjauh dari kekuasaan Raja Bangkalan.
Hari demi hari dalam perjalanannya Abdul Mannan lalui dengan Sengsara dan penuh dengan penderitaan.
pada suatu hari Abdul Mannan tiba dihutan yang sangat luas di wilayah perbukitan Batu Ampar,Kabupaten Pamekasan,di hutan inilah beliau bertapa mendekati diri Allah SWT.
Pertapaan yang dilakukan oleh Abdul Mannan di bawah sebuah Pohon kosambih selama 41 Tahun.
Sebelum oleh seorang perempuan yang sedang mencari kayu di hutan,dari situlah ditemukan penamaan Abdul Mannan di juluki Buju’kosambih.
Singkat cerita Abdul Mannan atau Buju’ kosambih di bawah kerumahnya oleh perempuan itu, dan menikah dengan putri sulung perempuan tersebut.
Konon putri sulung perempuan yang menemukan Abdul mannan memiliki penyakit di sekujur tubuhnya.
Namun karena keikhlasan Abdul Mannan dalam 41 hari dari pernikahannya, si Sulung sembuh dari penyakit kulit pada tubuhnya.
Bahkan berubah menjadi sangat cantik sehingga kecantikannya tersiar kemana-mana.
Dari pernikahannya Abdul Mannan atau Buju’ Kosambih, dikarunia dua orang Putra pertama Taqihul Mukhoddam dan Basaniyah atau Buju’ Tompeng.
Setelah bertahun-tahun berdakwah Abdul Mannan Wafat dan di makamkan di Batu Ampar,Sehingga sampai sekarang Abdul Mannan dikenal sebagai buju’ Kosambi atau sering di bilang Buju’ Batuampar.(Wallahu’allam)
Berbagai Sumber