SAMPANG, Kabar-harian.com – Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, menggelar Lokakarya Pembentukan Tim Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna), Selasa (18/10/2022).
Pemulihan pasca bencana merupakan tahap penting dalam mencegah dan mengurangi risiko bencana.
Kepala BPBD Sampang, Asroni mengatakan, Pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pascabencana Jitupasna
ini di hadiri Tim Siap Siaga Jawa Timur, sebagai pendamping dan pembina,
“Yang bertujuan sebagai bahan dalam perkirakan kebutuhan pemulihan wilayah yang terdampak bencana,”
Pantauan Kabar-harian.com di lokasi Kegiatan tersebut diikuti sekitar 24 peserta lintas sektor yang terdiri dari, staf BPBD, Organisasi Kepemudaan, Pers dan perwakilan kecamatan, kelurahan, desa, hingga organisasi perangkat daerah se-Kabupaten Sampang.
Estu Widiawati, selaku Program Police Officer Jawa Timur menjelaskan, pihaknya hanya memilih kabupaten- kota di Jawa timur, yang dirasa penting jadi pilot projek, antaranya Kabupaten Sampang, Banyuangi, Pacitan dan Pasuruan.
Menurutnya, empat kabupaten ini paling rawan bencana, sehingga menjadi prioritas pendamping untuk dibina membentuk Jitupasna.
“Jitupasna itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi pengkajian dan nilai akibat bencana, analisis dampak, perkiraan kebutuhan pascabencana, dan rekomendasi awal strategi pemulihan yang menjadi dasar penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana, sehingga kebutuhannya lebih akurat, cepat dan efesien,” jelas Estu Widiawati.
Dalam pembahasan Jitupasna, Estu Widiawati mengungkapkan ada 5 sektor yang menjadi ruang lingkupnya, antara lain Sektor Pemukiman, Infrastruktur, Sosial, Ekonomi, dan Lintas Sektor.
“Dari penentuan ruang lingkup sektor tersebut nantinya akan disusun untuk pengkajian dan penilaian akibat bencana serta analisis dampak bencana. Tidak lupa juga dengan perkiraan kebutuhan pemulihan sebagai tahap akhir menuju penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi,” tutup Estu Widiawati.
Kepala BPBD Sampang, Melalui Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sampang, Fajar Arif berharap dengan pelatihan tersebut, nantinya peserta mampu menyusun JITUPASNA di kondisi sebenarnya.
“Tentunya dengan ini, Build Back Better, Safer, and Sustainable untuk wilayah terdampak dapat terdata dengan baik sebagai acuan dalam melaksanakan fungsi rehabilitasi dan rekonstruksi,” harap Fajar.
“Sudah seharusnya mulai tahun ini dan yang akan datang perencanaan pengurangan resiko bencana menjadi fokus utama semua sektor pemerintahan, karena sinergitas kerja bersama demi masyarakat memerlukan peranan aktif lintas sektor, dan adapun bencana alam yang sering kali menimpa Kabupaten Sampang antaranya, Banjir, Longsor, dan Angin beliung, Pungkasnya, (Ahmed)