RASISME

Avatar

Kabar-harian.com – Rasialisme masih menjadi isu yang hangat untuk di bahas, bagaimana seseorang acap kali mengatakan sesuatu dengan melibatkan pekerjaan seseorang atau bahkan ras tertentu, memandang bahwa ada perilaku negatif yang hanya dilakukan oleh satu golongan seperti dalam konteks ini saya menyontohkan Madura, pulau yang sering menerima perkataan atau asumsi negatif dari tetangganya (sebagian warga surabaya) seperti yang sudah sering berkeliaran di sosial media dengan celetukan “Biasa orang madura” atau lebih ekstrim lagi “tukang carok”. Dalam konteks ini saya masih berasumsi positif bagi mereka yang telah mengatakan sesuatu tanpa menyadari bahwa sebenarnya sudah masuk kategori rasisme

Rasisme adalah suatu perbuatan merendahkan, melecehkan atau menganggap satu golongan lebih baik dari golongan lainnya dan menganggap ada kelas kelas pekerjaan tertentu. atau lebih jelasnya rasisme yaitu adanya perbedaan perilaku dan ketidaksetaraan yang didasarkan oleh warna kulit, suku, ras, serta asal-usul seseorang yang menjadikan adanya batasan atau pelanggaran hak serta kebebasan seseorang, (gramedia). Rumusnya sederhana, individu yang secara sadar atau tidak sadar menganggap bahwa ada stereotip negatif terhadap ras tertentu itu sudah termasuk dalam katagori rasisme.

Sejarah tentang pembantaian kaum yahudi oleh pasukan nazi yang di pimpin Adolf Hitler merupakan salah satu akibat dari adanya rasisme, perbuatan yang sangat diluar kemanusiaan ini tentu telah menjadi catatan kelam bangsa jerman sampai hari ini, sekitar 6 juta manusia telah kehilangan nyawa dan meninggalkan traumatik tersendiri bagi keluarga dan sanak familinya, yang pada akhirnya nazi kalah pada perang dunia ke II yang salah satu faktor nya adalah adanya serangan terakhir Amerika Serikat, entah bagaimana hari ini jika tentara nazi memenangkan perang dunia ke II

Ini berarti rasisme sebenarnya bukan barang baru, dan entah pada abad berapa muncul kaum rasialisme ini, sejarah juga mencatat di Indonesia pada zaman kolonial telah terbagi tiga golongan/ras yang menempatkan pribumi pada golongan ketiga atau terendah sehingga dampaknya ada ketidaksetaraan sosial dan warga pribumi diperlakukan secara tidak adil

Baca juga :  1 Dolar Rp. 8.170

Hari ini rasisme tentu masih banyak berkeliaran, baik sebagai individu atau golongan, bedanya serangan rasis tidak melalui fisik seperti dulu melainkan penetapan perilaku satu individu berdasarkan ras tertentu dari adanya satu kejadian, yang mana ini akan menimbulkan beberapa dampak seperti :

1. Keterbukaan konflik
Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik terbuka timbul dari adanya rasisme ini, bagaimana satu golongan saling merendahkan golongan lain dan merasa menjadi golongan yang superior sehingga bisa dengan berbuat tindakan yang semena-mena

2. Trust issue
Tak jarang kita temui atau bahkan kita sendiri pernah mengalami ketika di satu perusahaan atau organisasi merasakan trust issue hanya karena salah satu karyawan/pengurus ada dari golongan tertentu yang memiliki stereotip negatif, hal ini kemudian menimbulkan ketimpangan sosial dan membuat seseorang tidak dalam performa terbaiknya

3. Mentalitas
Rasisme secara terbuka dan menjadi rahasia publik akan menimbulkan tekanan luar biasa dalam diri seseorang, bagaimana seseorang akan selalu merasa diawasi pergerakannya, dikoreksi segala tindakannya, dan menjadikan kehati-hatian dalam bekerja menjadi ketakutan, kesalahan yang sebenarnya lumrah saja merasa menjadi aib yang sulit di hapuskan

4. Ketidaksetaraan
Adanya rasisme akan menjadikan seseorang sulit mendapatkan akses kesetaraan untuk mencapai kehidupan lebih baik, hal ini yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang kedepannya baik dari segi pendidikan, kesehatan dan pekerjaan

Kemudian kita dihadapkan dengan pertanyaan bagaimana sebenarnya rasisme ini di minimalisir adanya? Meminimalisir rasisme tentu bukanlah hal yang sulit, adalah fakta bahwa edukasi publik melalui konten konten sosial media sangat mudah di dapatkan, hanya bagaimana tingkat keinginan kita untuk mempelajarinya dan menerapkannya. Pada sebagian orang isu rasisme tentu bukanlah hal yang serius, tapi bagi yang lainnya hal ini harus di hapuskan, dengan cara :

Baca juga :  Sarana pembelajaran mencapai kemuliaan

1. Objektifitas
Berpandangan secara objektif akan menjadikan seseorang tidak mudah menyimpulkan satu parkara dengan mengaitkan pada satu golongan, objektif akan selalu melihat dari kecamata berbeda dan akan selalu berusaha mengumpulkan fakta dan data

2. Perbanyak literasi
“Semakin tinggi semakin merunduk” ini adalah filosofi ilmu padi yang mengatakan seseorang semakin berilmu semakin merunduk, selalu belajar untuk rendah hati dan tidak mudah melontarkan justifikasi, orang dengan banyak literasi umumnya tidak banyak bicara

3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan membuat seseorang berada di level kemanusiaan Rahmatan Lil Alamin, bagaimana rasa kasih sayang terhadap sesama manusia akan diterapkan, toleransi akan menjadi pijakan, dan menjadikan kerukunan sebagai cita cita yang harus di gapai.

4. Kebijakan
Kebijakan disini bukan hanya berfokus pada pemerintah, melainkan keseluruhan lingkup kegiatan manusia seperti organisasi masyarakat (Ormas), organisasi mahasiswa (Ormawa) dan perusahaan, kebijakan untuk meminimalisir adanya rasisme secara sistemis akan menjadikan seseorang nyaman di dalamnya, kedekatan emosional juga akan terasa dan akan memberikan aura positif di ruang lingkup eksternal

Kita telah masuk pada era keterbukaan akses informasi dan percepatan digitalisasi, jadikan fenomena ini sebagai kemajuan zaman dan juga peradaban, jangan malah jadikan ini sebagai ajang memperkuat satu kelompok dengan menebar isu isu negatif terhadap golongan lainnya

Sebagai individu jangan mudah terpengaruh dari adanya berita negatif yang belum terbukti adanya, jangan membiarkan pikiran kita terkontaminasi dari berita yang sifatnya menjatuhkan atau merendahkan

Sebagai kelompok jangan mudah terprovokasi untuk menyerang kelompok lainnya, kita hidup memang ada golongan golongan tapi bukan untuk saling menjatuhkan melainkan itu warna dari kehidupan, Bhineka tunggal Ika sebagai semboyan bangsa sebenarnya sudah cukup untuk menjelaskan

#Penulis_Aldi

Kabar Harian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Open chat
Punya berita?