Ilusi Kebenaran

Avatar

- Penulis

Minggu, 2 Februari 2025 - 22:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kabar-harian.com – Pernahkah kita berpikir bahwa telah melakukan suatu kebenaran? Kegiatan yang seakan-akan itu menjadi hukum mayoritas dan tidak salah? Bagi kalangan yang seperti ini alangkah lebih baiknya kita merenung sesaat, benar benar membuka pikiran dan mencoba mengkoreksi kembali

Saya akan menganalogikan terlebih dahulu dengan novel “Ronggeng Dukuh Paruk” novel trilogi yang didalamnya menceritakan tentang Srintil (sebagai ronggeng), Rasus (mencari sosok ibu), dan kebiasaan Dukuh Paruk. Dukuh Paruk adalah sebuah dusun yang terdalam, rutenya harus melalui persawahan terlebih dahulu, jauh dari pasar apalagi kota kecamatan.

Dukuh Paruk itu miskin dan orang orangnya cabul, kebiasaannya adalah logika mistika, mengaitkan kejadian hari ini dengan menganggap amarah dari sesepuh nya, hal ini yang kemudian sewaktu waktu orangtua Rasus dan Srintil meninggal karena keracunan tempe bongkrek, keracunan massal, dan orang Dukuh Paruk menganggap ini adalah amarah dari “ki Secamanggala” nenek moyang Dukuh Paruk, dan itu disepakati kebenarannya, tidak ada yang salah (bagi Dukuh Paruk)

Lalu beberapa tahun setelah keracunan massal akhirnya Dukuh Paruk mempunyai ronggeng, ronggeng yatim piatu akibat keracunan (bagi Dkuh Paruk amarah nenek moyang), ronggeng merupakan kehidupan yang telah lama mati bagi dukuh paruk, ronggeng adalah seorang penari diiringi musik tradisional dan ditonton banyak warga, sebelum jadi ronggeng ada ritual khusus di mana Srintil (sebagai ronggeng) harus kehilangan perawan terlebih dahulu dengan nama ritual “Bukak Klambu” dan ini ada harganya, mahal sekali, dan bagi Srintil ini adalah adat yang harus dipenuhi untuk menjadi ronggeng

Baca juga :  Tebar Cahaya Ramadan: KSEI FPM FEBI IAIN Madura dan Dompet Dhuafa Jatim Salurkan Mushaf Al-Qur'an

Srintil sering kali tampil di beberapa acara, parasnya yang cantik dan menawan tak jarang hanya menjadi tontonan nafsu birahi, lebih lagi orang yang punya uang bisa berhubungan badan dengan Srintil, dan bagi Dukuh Paruk ini adalah hal yang lumrah saja sebagai ronggeng, apalagi bagi seorang istri yang suaminya bisa tidur bareng Srintil baginya ini adalah kehormatan

Akhirnya Dukuh Paruk mengalami duka yang mendalam, pembakaran terjadi karena ulah dukuh paruk itu sendiri, kehidupan yang semula sukacita menjadi dukacita, Srintil bukan lagi seorang ronggeng karena telah merasa menjadi ronggeng bukan tujuan utamanya disaat banyak lelaki telah berhasil tidur dengannya.

Sewaktu gemuruh riuh Dukuh Paruk, datanglah penyelamat, dialah Rasus, tentara yang berasal dari dukuh paruk, meninggalkan tanah kelahiran karena mencari sosok ibu yang mati keracunan, mulanya Srintil lah yang dianggap sebagai sosok ibu tapi tak kuasa jika melihat Srintil hanya jadi pemuas nafsu birahi belaka.

Dari sepenggal cerita ini bisa kita simpulkan bahwa kebenaran yang dipercayai Dukuh Paruk tidaklah absolut meskipun mayoritas warga menyepakati kebiasaan tersebut, karena jika dilihat dari prespektif eksternal, Dukuh Paruk tergabung dalam komunis yang pada waktu itu Dukuh Paruk tidak menyadarinya. Jangankan komunis, partai saja tidak ada dalam buku Dukuh Paruk, mereka telah terhanyut dalam ilusi kebenaran padahal hanya kurang sedikit ilmu pengetahuan

Baca juga :  CERPEN SERU

Hari ini perlu kiranya kita koreksi diri, apakah sesuatu yang di anggap benar telah absolut, atau hanya menjadi hukum mayoritas, jika hanya berdasarkan mayoritas maka Agama Kristen lah yang bertanggung jawab terhadap kebenaran sebagai Agama dengan penganut terbanyak di dunia. Kita selalu dihadapkan dengan alasan Ekonomi, keluarga, pemimpin, dan organisasi yang secara hukum mayoritas merupakan kebenaran, tapi mana yang harus didahulukan dan merupakan kebenaran sejati ? Dalam hal ini saya mengutip dari buku terkemuka yang mengatakan bahwa “Nurani adalah cara terbaik untuk berkomunikasi dengan malaikat” maka gunakanlah nurani mu untuk mengetahui kebenaran dan mana yang harus didahulukan

Dari prespektif subjektif saya percaya bahwa pemimpin merupakan tanggung jawab yang harus di dahulukan, sebagai pemimpin tidak bisa bernegosiasi dengan bawahan untuk menyelesaikan semua tugasnya karena pemimpin adalah sentrum, tokoh utama yang paling bertanggung jawab atas tugas tugas beserta penyelesaian nya. Jika seorang pemimpin tugasnya terdistraksi karena alasan ekonomi, keluarga, pekerjaan, maka ini adalah dusta dan hanya akal akalan belaka.

#Penulis_Aldi

Berita Terkait

Tebar Cahaya Ramadan: KSEI FPM FEBI IAIN Madura dan Dompet Dhuafa Jatim Salurkan Mushaf Al-Qur’an
CERPEN SERU
Loka Coffee Pamekasan
1 Dolar Rp. 8.170
17 Tahun Aksi Kamisan
4 Hari Dalam Sepekan
Provinsi Madura
Soal Timbang Tambang
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 24 Maret 2025 - 11:34 WIB

Tebar Cahaya Ramadan: KSEI FPM FEBI IAIN Madura dan Dompet Dhuafa Jatim Salurkan Mushaf Al-Qur’an

Rabu, 19 Februari 2025 - 09:58 WIB

CERPEN SERU

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:04 WIB

Loka Coffee Pamekasan

Minggu, 2 Februari 2025 - 22:29 WIB

Ilusi Kebenaran

Minggu, 2 Februari 2025 - 12:25 WIB

1 Dolar Rp. 8.170

Berita Terbaru

Formabes saat menggelar audensi ke RS Nindhita yang diduga lakukan malpraktik

Kesehatan

Diduga Terlibat Malpraktik, Formabes Audensi Ke RS Nindhita,

Jumat, 3 Okt 2025 - 14:30 WIB